Rabu, 11 Juli 2012

Cerita Pilu Supir Truk Lintas Trans Sumatera


Nasib pengemudi truk di Jalan Lintas Trans Sumatera (Jalinsum) sepanjang perjalanannya tak pernah lepas dari pungutan liar (pungli). Pungli biasa dilakukan oknum-oknum aparat Negara baik atas nama pribadi maupun institusi. Ada yang melakukannya perorangan, ada pula bersama-sama. Para sopir truk-lah korbannya. Kenyataan ini yang saya temui ketika saya ikut bergabung dalam tim ekspedisi RRI lintas Jawa – Sumatra yang dilaksanakan 2 sampai 5 juli 2012.

Mulai dari pelabuhan merak hingga Palembang kemudian dari Palembang hingga pelabuhan Bakauhuni kenyataannya supir truk dipalak secara terang – terang tidak kenal siang atau malam hari. Pungutan liar ini pun juga dilakukan di pelabuhan penyebrangan Bakauhuni. 

Ketika ngantri  bersama -sama dengan tim ekpedisi arus mudik balig RRI lintas jawa Sumatra di pelabuhan penyebrangan Bakauhuni menuju merak kemarin, Salah seorang supir truk bernama yanto yang mengangkut barang dari Palembang mengaku harus membayar sejumlah uang untuk mendapatkan antrian terdepan, gak tanggung – tanggung dia harus merogoh kocek uang jalan dari bos nya sampai ratusan ribu rupiah hanya untuk mendapatkan antrian jalur cepat sampai ke kapal penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni.

“yah saya juga gak tau lagi, nego nya ma petugas pke apaan cuman bisa pasrah aja, orang udah masuk jalur ini”katanya

Namun bagaimana nasib supir truk yang tidak bisa membayar uang lebih dipelabuhan Bakau ini karena uang jalan mereka juga sudah habis di palakin dijalan lintas trans Sumatra, menurut Maoloan pane supir truk dari medan mengaku dibutuhkan waktu 2 hari satu malam untuk berhasil masuk kapal penyebrangan, gak kebayang mereka capai nya seperti apa karena itu artinya mereka harus bermalam di truk masing – masing. 

“Udah dari jam 10 pagi kemarin sampe jam satu sekarang truk saya masih disini mbak” kata pak Maoloan. 

Sementara itu indro salah seorang supir pengakut sembako menyayangkan adanya jalur tembakan bukan jalur supir truk pengakut sembako yang didahulukan. “Muatan saya isinya telur tau deh udah dua hari ini masih ketahan di pelabuhan kaya nya busuk tuk telur karena kepanasan” 

Jalur tembakan itu adalah semacam jalur khusus jadi kalau mau ngasih uang lebih kepada petugas di pelabuhan, maka “bonus” nya dapat jalur express dalam ngantre untuk menyebrang. Tettep yaa “jalur khusus” ada dimana – mana makin kacau nih negara kalau segala urusan di duitin mulu.

Betapa mirisnya cerita mereka, belum lagi jika truk mereka terguling atau mengalami ban pecah mengingat sebagaian besar kondisi jalan utama lintas timur Trans Sumatera dari Bandar lampung hingga Palembang rusak parah karena ketika saya melewati lintas timur jalur utama trans Sumatra banyak juga truk truk bermuatan penuh terguling atau mengalami ban pecah.

Hmmm... bisa kebayang kan perjuangan mereka, mudah - mudahan ketika mereka sedang susah begitu gak dirampok oleh bajing loncat yang biasanya sering beroperasi di sekitar lintas Trans Sumatra, kalo kaya gini mending  saya gak usah denger cerita kelanjutannya dah makin miris nanti ceritanya.

Minimnya kapal penyebrangan dari bakauheni ke merak yang memperlambat moblitas mereka. hahhhh negara ini emang sangat kacau disemua lini klo bicara infrastruktur tranportasi. 

Karena sejak hari rabu (4 juli 2012)  sore sudah ada antrian panjang hingga km 5 dari pintu penyebrangan pelabuhan bakauhuni sementara di Merak tidak kalah menyeramkan sejak pukul 20 kamis malam antrian truk 11 kilometer  terjadi di dalam ruas Tol Merak, lalu klo sudah begini bagaimana dengan nasib uang makan mereka siapa yang menanggung??? Mereka dibiarkan begitu saja mengantri berhari berhari di ruas jalan tol Merak.  

Antrian seperti ini biasa terjadi setiap tahunnya menjelang lebaran karena biasa deh satu bulan sebelum lebaran kapal - kapal ferry harus masuk dock untuk persiapan perawatan  alat angkut arus mudik balig nanti. Otomatis jumlah kapal penyebrangan yang kebanyakan udah bobrok ini bakalan berkurang. 
   
Menjadi supir truk sebenarnya bukan pilihan untuk sebuah pekerjaan, namun demi mencari nafkah untuk keluarga di rumah menjadi supir truk, pasti dilakoni bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan yang tidak memerlukan ijazah pendidikan yang tinggi. 

Kapan yaa pemerintah memperbaiki etos kerjanya dalam memberikan sarana dan prasarana untuk playanan publik terbaik, rakyat Indonesia udah lebih dari 60 tahun merdeka dari penjajah tapi kenyataannya hingga kini rakyat belum juga merdeka karena pemalakan juga bagian dari penjajahan bukan??????